Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah tentang kejujuran SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILÂNÎ dalam menghadapi perampok

Kisah tentang kejujuran  SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILÂNÎ dalam menghadapi perampok

la seorang imam besar. Semua kalangan sepakat mengenai keimanannya. Mengenainya, Ibn Quddâmah berkata, "Aku tidak pernah mendengar seseorang yang memiliki karamah lebih banyak melebihi karamah syekh Abdul Qâdir al-Jailâni. Aku tidak pernah melihat seseorang yang begitu dimuliakan oleh orang-orang karena agamanya melebihi 'syekh 'Abdul Qadir al-Jailani."

la menguasai dan mengajarkan tiga belas bidang ilmu. la seorang mufti (pemberi fatwa) berdasarkan mazhab Imam Syafi'i dan imam Ahmad bin Hanbal.

"Syekh Abdul Qadir al-Jailani menempuh jalan sufi dengan sungguh-sungguh dan menanggung banyak derita. la tinggal di reruntuhan kota Irak selama 25 tahun. la mengembara melintasi daratan luas dan padang sahara untuk meraih sifat-sifat mulia.

Melalui tangan (dakwah)nya, Allah memberi hidayah kepada banyak orang (masuk Islam). Ia mendidik banyak murid. la dianugerahi Allah kemampuan diterima kalangan awam maupun khawas.

Para khalifah dan penguasa datang menemui nya. Sementara, ia sendiri senang berada di tengah kaum fakir: duduk bersama mereka, membersihkan pakaian-pakaian mereka, dan melayani anak-anak ke cil dan budak-budak perempuan."

Selama empat puluh tahun, setiap hari ia shalat subuh dengan wudhu shalat isya sebelumnya.

Syekh Abdul Qadir al-Jailani wafat di Bagdad tahun 561 H. Murid dan pengikutnya tak terhitung. la dimakamkan di madrasahnya. Banyak kitab yang secara khusus hanya memuat riwayat hidupnya.

Syekh Abdul Qâdir al-Jailâni menuturkan:

Aku membangun hidupku di atas kejujuran. Ceritanya, ketika aku hendak pergi dari Makkah menuju Bagdad untuk menuntut ilmu, ibuku memberiku empat puluh dinar. la memintaku berjanji untuk selalu jujur.

Dalam perjalanan, ketika kami tiba di kota Ham dan, sekawanan perampok mencegat kami. Mereka menangkap kami, dan seseorang di antara mereka menghampiriku dan berkata,

"Apa yang kaumiliki?" "Empat puluh dinar," jawabku.
Dia mengira aku memperoloknya. Dia meninggalkanku. Lalu seorang perampok lainnya melirik padaku dan berkata, "Apa yang kaumiliki?"

Aku pun mengatakan hal yang sama. Maka ia membawaku ke pemimpin mereka. Sang pemimpin menanyaiku dan aku lagi-lagi mengatakan hal yang la berkata, "Apa yang membuatmu jujur?"

"Ibuku memintaku berjanji untuk selalu jujur, maka aku takut mengkhianati janjiku pada ibuku."

Tiba-tiba sang pemimpin rampok itu menjerit dan menangis. "Kamu takut berkhianat pada janjimu kepada ibumu, sementara aku tak takut berkhianat pada janjiku kepada Allah!?"

Beberapa saat kemudian, ia keluarkan perintah untuk mengembalikan seluruh harta dari kafilah kami.

Dan ia pun berkata, "Berkat dirimu, aku bertobat kepada Allah." Seluruh anak buahnya pun berkata, "Engkau pemimpin kami dalam merampok, maka hari ini pun engkau pemimpin kami dalam bertobat." 
Seluruh perampok itu bertobat tak lain berkat dan karena kejujurannya.


Post a Comment for "Kisah tentang kejujuran SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILÂNÎ dalam menghadapi perampok"