ISTIGHFAR DAN TAUBAT MERUPAKAN SEBAGIAN DARI KUNCI RIZQI
ISTIGHFAR DAN TAUBAT MERUPAKAN SEBAGIAN DARI KUNCI RIZQI
Diantara sebab terpenting diturunkannya rizki adalah is-tighfar (memohon ampunan) dan taubat kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Menutupi (kesalahan). Untuk itu, pembahasan mengenai pasal ini kami bagi menjadi dua pembahasan:
a. Hakikat
istighfar dan taubat.
b. Dalil syar'i bahwa istighfar dan taubat termasuk kunci rizki.
A. Hakikat Istighfar dan Taubat
Sebagian besar
orang menyangka bahwa istighfar dan taubat hanyalah cukup dengan lisan semata.
Sebagian mere-ka mengucapkan,
"Aku
memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat ke-padaNya"
Tetapi
kalimat-kalimat di atas tidak membekas di dalam hati, juga tidak berpengaruh
dalam perbuatan anggota badan. Sesungguhnya istighfar dan taubat jenis
ini adalah perbuatan orang-orang dusta.
Para ulama –
semoga Allah memberi balasan yang se-baik-baiknya kepada mereka telah
menjelaskan hakikat istighfar dan taubat.
Imam Ar-Raghib
Al-Ashfahani menerangkan: "Dalam istilah syara', taubat adalah
meninggalkan dosa karena ke-burukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan,
berke-inginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha mela-kukan apa yang
bisa diulangi (diganti). Jika keempat hal itu telah terpenuhi berarti syarat
taubatnya telah sempurna"
Imam An-Nawawi
dengan redaksionalnya sendiri menje-laskan: "Para ulama berkata,
'Bertaubat dari setiap dosa hu-kumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu
antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia
maka syaratnya ada tiga. Pertama, hendaknya ia menjauhi maksiat
tersebut. Kedua, ia harus menyesali per-buatan (maksiat)nya. Ketiga,
ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi. Jika salah satunya
hilang, maka taubatnya tidak sah.
Jika taubat itu
berkaitan dengan manusia maka syaratnya ada empat. Ketiga syarat di atas dan
keempat, hendaknya ia membebaskan diri (memenuhi) hak orang tersebut. Jika
ber-bentuk harta benda atau sejenisnya maka ia harus mengem-balikannya. Jika
berupa had (hukuman) tuduhan atau seje-nisnya maka ia harus memberinya
kesempatan untuk mem-balasnya atau meminta maaf kepadanya. Jika berupa ghibah
(menggunjing), maka ia harus meminta maaf."
Adapun
istighfar, sebagaimana diterangkan Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani adalah
"Meminta (ampunan) dengan ucapan dan perbuatan. Dan firman Allah:
"Mohonlah
ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun." (Nuh: 10).
Tidaklah berarti
bahwa mereka diperintahkan meminta ampun hanya dengan lisan semata, tetapi
dengan lisan dan perbuatan. Bahkan hingga dikatakan, memohon ampun (istighfar)
hanya dengan lisan saja tanpa disertai perbuatan adalah pekerjaan para
pendusta.
B. Dalil Syar'i Bahwa Istighfar dan Taubat Termasuk Kunci Rizki
Beberapa nash
(teks) Al-Qur'an dan Al-Hadits me-nunjukkan bahwa istighfar dan taubat
termasuk sebab-sebab rizki dengan karunia Allah . Di bawah ini beberapa nash
dimaksud:
1. Apa yang
disebutkan Allah tentang Nuh yang berkata kepada kaumnya :
"Maka aku
katakan kepada mereka, 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu', sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan
lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu
kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai'." (Nuh:
10-12).
Ayat-ayat di
atas menerangkan cara mendapatkan hal-hal berikut dengan istighfar.
1.
Ampunan Allah terhadap
dosa-dosanya. Berdasarkan fir-manNya: "Sesungguhnya Dia adalah
Maha Pengampun."
2.
Diturunkannya hujan yang lebat
oleh Allah. Ibnu Abbas radhiallaahu anhu berkata " " adalah (hujan)
yang turun dengan deras.
3.
Allah akan membanyakkan harta dan
anak-anak. Dalam menafsirkan ayat:Atha' berkata: "Niscaya Allah akan
membanyakkan harta dan anak-anak kalian".
4.
Allah akan menjadikan untuknya
kebun-kebun.
5.
Allah akan menjadikan untuknya
sungai-sungai. Imam Al-Qurthubi berkata: "Dalam ayat ini, juga disebutkan
dalam (surat Hud) adalah dalil yang menunjukkan bah-wa istighfar merupakan
salah satu sarana meminta ditu-runkannya rizki dan hujan."
Al-Hafizh Ibnu
Katsir dalam Tafsirnya berkata: "Makna-nya, jika kalian bertaubat kepada
Allah, meminta ampun kepadaNya dan kalian senantiasa mentaatiNya niscaya Ia
akan membanyakkan rizki kalian dan menurunkan air hujan serta keberkahan dari
langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, mem-banyakkan harta
dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya
bermacam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai di
antara kebun-kebun itu (untuk kalian)."
Demikianlah, dan
Amirul mukminin Umar bin Khaththab juga berpegang dengan apa yang terkandung
dalam ayat-ayat ini ketika beliau memohon hujan dari Allah .
Muthrif
meriwayatkan dari Asy-Sya'bi: "Bahwasanya Umar keluar untuk memohon hujan
bersama orang ba-nyak. Dan beliau tidak lebih dari mengucapkan istighfar (memohon
ampun kepada Allah) lalu beliau pulang. Maka seseorang bertanya kepadanya, 'Aku
tidak mendengar Anda memohon hujan'. Maka ia menjawab, 'Aku memohon
diturunkannya hujan dengan majadih langit yang dengannya diharapkan
bakal turun air hujan. Lalu beliau membaca ayat:
"Mohonlah
ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan
mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat." (Nuh: 10-11).
Imam Al-Hasan
Al-Bashri juga menganjurkan istighfar (memohon ampun) kepada setiap
orang yang mengadukan kepadanya tentang kegersangan, kefakiran, sedikitnya
ketu-runan dan kekeringan kebun-kebun.
Imam Al-Qurthubi
menyebutkan dari Ibnu Shabih, bah-wasanya ia berkata: "Ada seorang
laki-laki mengadu kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang kegersangan (bumi) maka
beliau berkata kepadanya, "Beristighfarlah kepada Allah!" Yang lain
mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya,
"Beristighfarlah kepada Allah!" Yang lain lagi berkata kepadanya,
"Do'akanlah (aku) kepada Allah, agar ia memberiku anak!" Maka beliau
mengatakan kepadanya, "Beristighfarlah kepada Allah!" Dan yang lain
lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan
(pula) kepadanya, "Beristighfarlah kepa-da Allah!"
Dan kami
menganjurkan demikian kepada orang yang mengalami hal yang sama. Dalam riwayat
lain disebutkan: "Maka Ar-Rabi' bin Shabih berkata kepadanya, 'Banyak
orang yang mengadukan bermacam-macam (perkara) dan Anda memerintahkan mereka
semua untuk beristighfar. Maka Al-Hasan Al-Bashri menjawab, 'Aku tidak
mengata-kan hal itu dari diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah telah berfirman
dalam surat Nuh:
"Mohonlah
ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan
mengirim-kan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan
anak-anakmu dan mengadakan untukmu ke-bun-kebun dan mengadakan (pula di
dalamnya) untukmu sungai-sungai." (Nuh: 10-12).
Allahu Akbar! Betapa agung,
besar dan banyak buah dari istighfar! Ya Allah, jadikanlah kami termasuk
hamba-ham-baMu yang pandai beristighfar. Dan karuniakanlah kepada kami
buahnya, di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan
Maha Mengabulkan. Amin, wahai Yang Maha Hidup dan terus menerus mengurus MakhlukNya.
2. Ayat lain
adalah firman Allah yang menceritakan ten-tang seruan Hud kepada kaumnya agar
beristighfar.
"Dan (Hud
berkata), 'Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah
kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu dan Dia akan
menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan
berbuat dosa'." (Hud:52).
Al-Hafizh Ibnu
katsir dalam menafsirkan ayat yang mulia di atas menyatakan: "Kemudian Hud
memerintahkan kaumnya untuk beristighfar yang dengannya dosa-dosa yang lalu
dapat dihapuskan, kemudian memerintahkan mereka bertaubat untuk masa yang akan
mereka hadapi. Barangsiapa memiliki sifat seperti ini, niscaya Allah akan
memudahkan rizkinya, melancarkan urusannya dan menjaga keadaannya. Karena itu
Allah berfirman:
"Niscaya
Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atas-mu".
Ya Allah,
jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memiliki sifat taubat dan istighfar,
dan mudahkanlah rizki-rizki kami, lancarkanlah urusan-urusan kami serta
jagalah keadaan kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan
doa. Amin, wahai Dzat Yang Memiliki keagungan dan kemuliaan.
3. Ayat yang
lain adalah firman Allah:
"Dan
hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepadaNya. (jika kamu
mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik
(terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan, dan Dia
akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan
ditimpa siksa hari Kiamat." (Hud: 3).
Pada ayat yang
mulia di atas, terdapat janji dari Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Menentukan berupa
kenikmatan yang baik kepada orang yang beristighfar dan bertaubat. Dan
maksud dari firmanNya:
"Niscaya
Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu." Sebagaimana
dikatakan oleh Abdullah bin Abbas adalah, "Ia akan menganugerahi rizki dan
kelapangan kepada kalian".
Sedangkan Imam
Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan: "Inilah buah dari istighfar dan
taubat. Yakni Allah akan memberi kenikmatan kepada kalian dengan berbagai
manfaat berupa kelapangan rizki dan kemakmuran hidup serta Ia tidak akan
menyiksa kalian sebagaimana yang dilakukanNya terhadap orang-orang yang
dibinasakan sebelum kalian.
Dan janji Tuhan
Yang Maha Mulia itu diutarakan dalam bentuk pemberian balasan sesuai dengan
syaratnya. Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi berkata: "Ayat yang mulia
tersebut menunjukkan bahwa beristighfar dan ber-taubat kepada Allah dari
dosa-dosa adalah sebab sehingga Allah menganugerahkan kenikmatan yang baik
kepada orang yang melakukannya sampai pada waktu yang ditentu-kan. Allah memberikan
balasan (yang baik) atas istighfar dan taubat itu dengan balasan
berdasarkan syarat yang dite-tapkan".
4. Dalil lain
bahwa beristighfar dan taubat adalah di antara kunci-kunci rizki yaitu hadits
yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa'i, Ibnu Majah dan Al-Hakim
dari Abdullah bin Abbas ia berkata, Rasulullah bersabda:
"Barangsiapa
memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan
untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitan-nya
kelapangan dan Allah akan memberinya rizki (yang halal) dari arah yang tiada
disangka-sangka".
Dalam hadits
yang mulia ini, Nabi yang jujur dan terpercaya, yang berbicara berdasarkan
wahyu, mengabarkan tentang tiga hasil yang dapat dipetik oleh orang yang
mem-perbanyak istighfar. Salah satunya yaitu, bahwa Allah Yang Maha
Memberi rizki, yang Memiliki kekuatan akan mem-berikan rizki dari arah yang
tidak disangka-sangka dan tidak diharapkan serta tidak pernah terdetik dalam
hatinya.
Post a Comment for "ISTIGHFAR DAN TAUBAT MERUPAKAN SEBAGIAN DARI KUNCI RIZQI"