BERINFAK DI JALAN ALLAH
BERINFAK DI JALAN ALLAH
Di antara kunci-kunci rizki lain adalah berinfak di jalan
Allah. Pembahasan masalah ini –dengan memohon taufik dari Allah– akan saya
lakukan melalui dua poin berikut:
A. Yang dimaksud berinfak.
B. Dalil syar'i bahwa berinfak di jalan Allah adalah termasuk
kunci-kunci rizki.
A. Yang Dimaksud Berinfak
Di tengah-tengah menafsirkan firman Allah:
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, niscaya
Dia akan menggantinya". (Saba': 39).
Syaikh Ibnu Asyur berkata: "Yang dimaksud dengan
infak di sini adalah infak yang dianjurkan dalam agama. Seperti berinfak kepada
orang-orang fakir dan berinfak di jalan Allah untuk menolong agama."
B. Dalil Syar'i Bahwa Berinfak di Jalan Allah
Adalah Termasuk Kunci Rizki
Ada beberapa nash dalam Al-Qur'anul Karim dan Al-Hadits
Asy-Syarif yang menunjukkan bahwa orang yang berinfak di jalan Allah akan
diganti oleh Allah di dunia. Di samping, tentunya apa yang disediakan oleh
Allah baginya dari pahala yang besar di akhirat. Di antara dalil-dalil itu
adalah sebagai berikut:
1. Firman Allah:
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah
akan menggantinya dan Dialah Pemberi rizki yang se-baik-baiknya." (Saba': 39).
Dalam menafsirkan ayat di atas, Al-Hafizh Ibnu Katsir
berkata: "Betapapun sedikit apa yang kamu infakkan dari apa yang
diperintahkan Allah kepadamu dan apa yang diper-bolehkanNya, niscaya Dia akan
menggantinya untukmu di dunia, dan di akhirat engkau akan diberi pahala dan
gan-jaran, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits…"
Imam Ar-Razi berkata, "Firman Allah: 'Dan barang
apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya', adalah
realisasi dari sabda Nabi : "Tidaklah para hamba berada di pagi
hari…." (Al-Hadits). Yang demikian itu karena Allah adalah
Penguasa, Maha Tinggi dan Maha Kaya. Maka jika Dia berkata: "Nafkahkanlah
dan Aku yang akan menggantinya,' maka itu sama dengan janji yang pasti ia
tepati. Sebagaimana jika Dia berkata: "Lemparkanlah barangmu ke dalam laut
dan Aku yang menjaminnya."
Maka, barangsiapa berinfak berarti dia telah memenuhi
syarat untuk mendapatkan ganti. Sebaliknya, siapa yang ti-dak berinfak maka
hartanya akan lenyap dan ia tidak berhak mendapatkan ganti. Hartanya akan
hilang tanpa ganti, arti-nya lenyap begitu saja.
Yang mengherankan, jika seseorang pedagang mengeta-hui
bahwa sebagian dari hartanya akan binasa, ia akan menjualnya dengan cara nasi'ah
(pembayaran di belakang), meskipun pembelinya termasuk orang miskin. Lalu ia
ber-kata, hal itu lebih baik daripada pelan-pelan harta itu binasa. Jika ia
tidak menjualnya sampai harta itu binasa maka ia akan disalahkan. Dan jika ada
orang mampu yang menjamin orang miskin itu, tetapi ia tidak menjualnya (kepada
orang tersebut) maka ia disebut orang gila.
Dan sungguh, hampir setiap orang melakukan hal ini,
tetapi masing-masing tidak menyadari bahwa hal itu mendekati gila. Sesungguhnya
harta kita semuanya pasti akan binasa. Dan menafkahkan kepada keluarga dan
anak-anak adalah berarti memberi pinjaman. Semuanya itu berada dalam jaminan
kuat, yaitu Allah Yang Maha Tinggi. Allah berfirman: "Dan barang apa
saja yang kamu nafkahkan maka Dia pasti manggantinya."
Lalu Allah memberi pinjaman kepada setiap orang, ada yang
berupa tanah, kebun, penggilingan, tempat pemandian untuk berobat atau manfaat
tertentu. Sebab setiap orang tentu memiliki pekerjaan atau tempat yang
daripadanya ia mendapatkan harta. Dan semua itu milik Allah. Di tangan manusia,
harta itu adalah pinjaman. Jadi, seakan-akan ba-rang-barang tersebut adalah
jaminan yang diberikan Allah dari rizkiNya, agar orang tersebut percaya penuh
kepadaNya bahwa bila dia berinfak, Allah pasti akan menggantinya. Tetapi
meskipun demikian, ternyata ia tidak mau berinfak dan membiarkan hartanya
lenyap begitu saja tanpa mendapat pahala dan disyukuri.
Selain itu, Allah menegaskan janjiNya dalam ayat ini
kepada orang yang berinfak untuk menggantinya dengan rizki (lain) melalui tiga
penegasan. Dalam hal ini, Ibnu Asyur berkata: "Allah menegaskan janji
tersebut dengan kalimat bersyarat, dan dengan menjadikan jawaban dari kali-mat
bersyarat itu dalam bentuk jumlah ismiyah dan dengan mendahulukan musnad
ilaiah (sandaran) terhadap khabar fi'il-nya ( ÇáúÎóÈóÑ
ÇáúÝöÚúáöíøó) yaitu dalam firmanNya: Ýóåõæó íõÎúáöÝõåõ De-ngan
demikian, janji tersebut ditegaskan dengan tiga pene-gasan yang menunjukkan
bahwa Allah benar-benar akan merealisasikan janji itu. Sekaligus menunjukkan
bahwa ber-infak adalah sesuatu yang dicintai Allah.
Dan sungguh janji Allah adalah sesuatu yang tegas,
ya-kin, pasti dan tidak ada keraguan untuk diwujudkannya, wa-laupun tanpa
adanya penegasan seperti di atas. Lalu, bagai-mana halnya jika janji itu
ditegaskan dengan tiga penegasan?
2. Dalil lain adalah firman Allah:
"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan
ke-miskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah
menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas
(karuniaNya) lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah:
268).
Menafsirkan ayat mulia ini, Ibnu Abbas berkata: "Dua
hal dari Allah, dan dua hal dari setan. "Setan men-janjikan
(menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan." Setan itu berkata, 'Jangan
kamu infakkan hartamu, peganglah untukmu sendiri karena kamu membutuhkannya'. "Dan
menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir)."
(Dan dua hal dari Allah adalah), "Allah menjanjikan
un-tukmu ampunan daripadaNya," yakni atas maksiat yang kamu kerjakan, "dan
karunia" berupa rizki.
Al-Qadhi Ibnu Athiyah menafsirkan ayat ini berkata: "Maghfirah
(ampunan Allah) adalah janji Allah bahwa Dia akan menutupi kesalahan
segenap hambaNya di dunia dan di akhirat. Sedangkan al-fadhl (karunia)
adalah rizki yang luas di dunia, serta pemberian nikmat di akhirat, dengan
segala apa yang telah dijanjikan Allah .
Imam Ibnu Qayim Al-Jauziyah dalam menafsirkan ayat yang
mulia ini berkata: "Demikianlah, peringatan setan bah-wa orang yang
menginfakkan hartanya, bisa mengalami ke-fakiran bukanlah suatu bentuk kasih
sayang setan kepa-danya, juga bukan suatu bentuk nasihat baik untuknya. Ada-pun
Allah, maka Ia menjanjikan kepada hambaNya ampunan dosa-dosa daripadaNya, serta
karunia berupa penggantian yang lebih baik daripada yang ia infakkan, dan ia
dilipatgan-dakanNya baik di dunia saja atau di dunia dan di akhirat."
3. Dalil lain adalah hadits riwayat Muslim dari Abu
Hurairah , Nabi memberitahukan kepadanya:
"Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman, 'Wahai anak
Adam, berinfaklah, niscaya Aku berinfak (memberi rizki) kepadaMu."
Allahu Akbar! Betapa besar
jaminan orang yang berinfak di jalan Allah! Betapa mudah dan gampang jalan
mendapatkan rizki! Seorang hamba berinfak di jalan Allah, lalu Dzat Yang di
TanganNya kepemilikan segala sesuatu memberi-kan infak (rizki) kepadanya. Jika
seorang hamba berinfak sesuai dengan kemampuannya maka Dzat Yang memiliki
perbendaharaan langit dan bumi serta kerajaan segala se-suatu akan memberi
infak (rizki) kepadanya sesuai dengan keagungan, kemuliaan dan kekuasaanNya.
Imam An-Nawawi berkata: "Firman Allah, 'Berinfaklah,
niscaya Aku berinfak (memberi rizki) kepadamu' adalah makna dari firman
Allah dalam Al-Qur'an:
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka
Dia-lah yang akan menggantinya." (Saba': 39).
Ayat ini mengandung anjuran untuk berinfak dalam
ber-bagai bentuk kebaikan, serta berita gembira bahwa semua itu akan diganti
atas karunia Allah .
4. Dalil lain bahwa berinfak di jalan Allah adalah di
antara kunci-kunci rizki yaitu apa yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari
Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda:
"Tidaklah para hamba berada di pagi hari kecuali di
dalamnya terdapat dua malaikat yang turun. Salah satunya berdo'a, 'Ya Allah,
berikanlah kepada orang yang berinfak ganti (dari apa yang ia infakkan)'.
Sedang yang lain berkata, 'Ya Allah, berikanlah kepada orang yang menahan (hartanya)
kebinasaan (hartanya)'."
Dalam hadits yang mulia ini, Nabi yang mulia menga-barkan
bahwa terdapat malaikat yang berdo'a setiap hari kepada orang yang berinfak
agar diberikan ganti oleh Allah. Maksudnya –sebagaimana yang dikatakan oleh
Al-Mulla Ali Al-Qari– adalah ganti yang besar. Yakni ganti yang baik, atau
ganti di dunia dan ganti di akhirat. Hal itu berdasarkan firman Allah:
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka
Dia-lah yang akan menggantinya. Dan Dialah sebaik-baik Pemberi rizki." (Saba': 39).
Dan diketahui secara umum bahwa do'a malaikat adalah
dikabulkan, sebab tidaklah mereka mendo'akan bagi sese-orang melainkan dengan
izinNya. Allah berfirman:
"Dan mereka tiada memberi syafa'at melainkan kepada
orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut
kepadaNya." (Al-Anbiya': 28).
5. Dalil lain adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam
Al-Baihaqi dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda:
"Berinfaklah wahai Bilal! Jangan takut dipersedikit
(hartamu) oleh Dzat Yang Memiliki Arsy."
Aduhai, alangkah kuat jaminan dan karunia Allah bagi
orang yang berinfak di jalanNya! Apakah Dzat Yang Memiliki Arsy akan
menghinakan orang yang berinfak di jalan-Nya, sehingga ia mati karena miskin
dan tak punya apa-apa? Demi Allah, tidak akan demikian!
Al-Mulla Ali-AlQari menjelaskan kata " ÇöÞúáÇó
áÇð " dalam hadits tersebut berkata, "Maksudnya, dijadikan miskin
dan tidak punya apa-apa". Artinya, "Apakah engkau takut akan
disia-siakan oleh Dzat Yang Mengatur segala urusan dari langit ke bumi?"
Dengan kata lain, "Apakah kamu takut untuk digagalkan cita-citamu dan
disedikitkan rizkimu oleh Dzat Yang rahmatNya meliputi penduduk langit dan
bumi, orang-orang mukmin dan orang-orang kafir, burung-burung dan binatang
melata?"
6. Berapa banyak bukti-bukti dalam kitab-kitab Sunnah
(Hadits), Sirah (Perjalanan Hidup), Tarajum (Biografi), Tarikh
(Sejarah), bahkan hingga dalam kenyataan-kenyataan yang kita alami saat ini
yang menunjukkan bahwa Allah mengganti rizki hambaNya yang berinfak di
jalanNya.
Berikut ini kami ringkaskan satu bukti dalam masalah ini.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi beliau bersabda:
"Ketika seorang laki-laki berada di suatu tanah
lapang bumi ini, tiba-tiba ia mendengar suara dari awan, 'Sira-milah kebun si
fulan!' Maka awan itu berarak menjauh dan menuangkan airnya di areal tanah yang
penuh de-ngan batu-batu hitam. Di sana ada aliran air yang me-nampung air
tersebut. Lalu orang itu mengikuti kemana air itu mengalir. Tiba-tiba ia
(melihat) seorang laki-laki yang berdiri di kebunnya. Ia mendorong air tersebut dengan skopnya (ke dalam kebunnya). Kemudian ia bertanya,
'Wahai hamba Allah! Siapa namamu?' Ia menjawab, 'Fulan', yakni nama yang
didengar di awan. Ia balik bertanya, "Wahai hamba Allah, kenapa engkau menanyakan
namaku?' Ia menjawab, 'Sesungguhnya aku mendengar suara di awan yang menurunkan
air ini. Suara itu berkata, 'Siramilah kebun si fulan! Dan itu adalah namamu.
Apa sesungguhnya yang engkau laku-kan?' Ia menjawab, "Jika itu yang engkau
tanyakan, maka sesungguhnya aku memperhitungkan hasil yang didapat dari kebun
ini, lalu aku bersedekah dengan se-pertiganya, dan aku makan beserta keluargaku
seper-tiganya lagi, kemudian aku kembalikan (untuk menanam lagi)
sepertiganya'."
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Dan aku jadikan sepertiganya untuk orang-orang
miskin dan peminta-minta serta ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan)."
Imam An-Nawawi berkata: "Hadits itu menjelaskan ten-tang keutamaan bersedekah dan berbuat baik kepada orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Juga keutamaan seseorang yang makan dari hasil kerjanya sen-diri, termasuk keutamaan memberi nafkah kepada keluar-ga
Post a Comment for "BERINFAK DI JALAN ALLAH "