KAPAN KITA MENEMPATKAN RASA MALU SECARA TEPAT
kadang-kadang banyak orang yang bilang, bahwasanya hidup itu jangan malu-malu tapi harus berani, sebebenarnya yang dimaksud malu disini itu apa ? apakah malu untuk berbuat yang tidak baik atau malu untuk berbuat yang baik?
pada saat ini , banyak orang yang tidak malu-malu lagi untuk melakukan maksiat dihadapan orang banyak apalagi kalau tidak ada orang, mungkin mereka lebih berbuat dari itu. contoh halnya dalam memposting video ke youtube atau tiktok, tidak sedikit dari mereka yang menunjukan auratnya padahal dia seorang muslimah, ataupun orang yang non muslim memposting hubungan intim mereka di medsos...maka sebebnarnya mereka itu tidak lagi mempunyai rasa malu untuk melakukan yang sebenarnya tidak layak untuk dipertontokan ke khalayak umum.
maka rosululoh saw. menganjurkan kepada umatnya khususnya muslim/muslimat untuk memiliki rasa malu yang sesuai dengan penempatanya, sebagimana sabda beliau :
عن أبي مسعود عقبة بن عمرو الأنصاري البدري
– رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
" إن ما أدرك الناس من كلام النبوة الأولى , إذا لم تستح فاصنع ما شئت "
رواه البخاري
Dari Abu Mas'ud, ‘Uqbah bin ‘Amr Al Anshari Al Badri radhiyallahu anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : "Sesungguhnya diantara yang didapat manusia dari kalimat kenabian yang pertama ialah : Jika engkau tidak
malu, berbuatlah sekehendakmu." (HR. Bukhari)
[Bukhari no. 3483]
Sabdanya “kalimat kenabian yang pertama”, maksudnya ialah bahwa rasa malu selalu terpuji dan dipandang baik, selalu diperintahkan oleh setiap nabi dan tidak pernah dihapuskan dari syari’at para nabi sejak dahulu.
Sabda beliau : “berbuatlah sekehendakmu”, mengandung dua pengertian, yaitu : pertama, berarti ancaman dan peringatan keras, bukan merupakan perintah, sebagaimana sabda beliau : “Lakukanlah sesuka kamu”
Yang juga berarti ancaman, sebab kepada mereka telah diajarkan apa yang harus ditinggalkan. Demikian juga sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Barang siapa yang menjual khamr maka hendaklah dia memotong-motong daging babi”.
Tidak berarti bahwa beliau membenarkan melakukan hal semacam itu.
Pengertian kedua ialah hendaklah melakukan apa saja yang kamu tidak malu melakukannya, seperti halnya sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Malu itu sebagian dari Iman”.
Maksud malu di sini adalah malu yang dapat menjauhkan dirinya dari perbuatan keji dan mendorongnya berbuat kebajikan. Demikian juga bila malu dapat mendorong seseorang meninggalkan perbuatan keji kemudian melakukan perbuatan-perbuatan
baik, maka malu semacam ini sederajat dengan iman karena kesamaan pengaruhnya pada seseorang. Wallaahu a’lam.
Post a Comment for "KAPAN KITA MENEMPATKAN RASA MALU SECARA TEPAT"